BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak
zaman dahulu, tanaman sering digunakan sebagai obat. Pada waktu itu orang belum
mengelolanya secara sempurna seperti pada zaman sekarang ini. Pada saat itu
orang hanya tahu suatu khasiat tanaman berdasarkan dari cerita orang yang lebih
tua seperti dari ibu ke anaknya. Suatu tanaman obat sering mempunyai khasiat
yang berbeda dari tiap daerah.
Pada zaman
sekarang ini orang kembali lagi menggeluti bahan alam sebagai bahan penting
dalam membuat obat. Para ahli sekarang ini telah memulai meneliti kembali
tanaman obat untuk mengetahui khasiat yang lebih mendalam dari tanaman
tersebut.
Di daerah-daerah
pedalaman, banyak masyarakat yang masih menggunakan tumbuh-tumbuhan yang mereka
anggap mempunyai khasiat untuk pengobatan untuk beberapa penyakit tertentu,
tanpa pengetahuan dasar. Ada beberapa kasus, dimana masyarakat menggunakan
suatu obat, yang ternyata setelah diketahui zat aktifnya melalui ekstraksi dan
identifikasi komponen kimia, ternyata memberikan efek yang berlawanan, hal ini
tentunya membahayakan bagi jiwa manusia.
Dari alasan
tersebut di atas, maka dianggap perlu pengetahuan yang cukup untuk mengenal
berbagai macam tumbuhan yang berkhasiat obat, mulai dari morfologi, kegunaan,
prinsip-prinsip ekstraksi, isolasi dan identifikasi komponen kimia yang
terdapat dalam suatu simplisia, khususnya bagi seorang farmasis. Dan
pada laporan ini, akan diidentifikasi komponen kimia sampel daun tumbuhan X, dengan terlebih dahulu di ekstraksi.
B. Maksud dan Tujuan Praktikum
a. Maksud
1. Adapun
maksud dari praktikum ini ialah untuk melakukan ekstraksi pada sampel serbuk
daun raja dengan metode soxlhetasi dan perkolasi.
2. Untuk
membandingkan hasil ekstrak dari metode panas (soxlhetasi) dan metode dingin
(perkolasi).
b. Tujuan
1. Adapun
tujuan dari praktikum ini ialah untuk menentukan % rendamen hasil ekstraksi
dari metode panas (soxhletasi) dan metode dingin (perkolasi).
2. Untuk
membandingkan % rendamen hasil ekstraksi dari metode panas (soxlhetasi) dan
metode dingin (perkolasi)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Umum Ekstraksi
1.
Pengertian
(Harbone, 1987; Dirjen POM, 1986)
Ekstrak
adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditentukan.
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara
perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan
menggunakan tekanan (Ditjen
POM, 1995).
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau
zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk
biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan
berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan
pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.
2. Pembagian Jenis Ekstraksi
a. Ekstraksi secara dingin
Proses
ektraksi secara dingin pada prinsipnya tidak memerlukan pemanasan. Hal ini
diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung komponen kimia yang tidak tahan
pemanasan dan bahan alam yang mempunyai tekstur yang lunak. Yang termasuk
ekstraksi secara dingin adalah (Ditjen POM, 1986) :
·
Metode
maserasi
Metode maserasi merupakan cara
penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung
dari cahaya (Ditjen POM : 1986).
Metode ini digunakan
untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam
cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang seperti benzoin,
stiraks dan lilin. Penggunaan metode ini misalnya pada sampel yang berupa daun,
contohnya pada penggunaan pelarut eter atau aseton untuk melarutkan lemak/lipid
(Ditjen POM, 1986).
Metode
Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarutnon-polar. Teorinya,
ketika simplisia yang akan dimaserasi direndam dalam pelarut
yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyai akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada
pertemuan antara zat aktif dan penyari
itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnyalarut
dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan
mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luarsel
belum terisi zat aktif (0 %) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif
didalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan
didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara
zataktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti,
setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”). Dalam kondisi
ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif didalam dan di luar
sel akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%. Alat maserasi
ditunjukkan pada gambar berikut (Anonim, 2007).
Gambar 1. (a) maserasi sederhana (b) maserasi
yang dilengkapi pengaduk
Kelebihan dan kekurangan metode
maserasi (anonim, 2007).
Kelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi
adalah:
a). Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan
bejana perendam
b). Biaya operasionalnya relatif rendah
c). Prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa
pemanasan Kelemahan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:
a) Proses
penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mamputerekstraksi sebesar
50% saja
b)
Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
·
Metode
perkolasi
Perkolasi adalah cara
penyarian dengan mengalirkanpenyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia
ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat
berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut,
cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya
beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan
daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah (Ditjen POM : 1986).
Ukuran
percolator yang digunakan harus dipilih sesuai dengan jumlah bahan yang
disari. Jumlah bahan yang disari tidak lebih
dari 2/3 tinggi
percolator. Percolator dibuat dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang
tidak saling mempengaruhi dengan obat atau cairan penyari.Percolator dilengkapi
dengan tutup dari karet atau bahan lain, yang berfungsi untuk mencegah penguapan. Tutup karet dilengkapi dengan lubang bertutup yang dapat dibuka atau ditutup dengan menggesernya. Pada beberapa percolator sering dilengkapi dengan botol yang berisi cairan penyari yang
dihubungkan ke percolator melalui pipa yang dilengkapi dengan keran. Aliran percolator diatur oleh keran. Pada bagian bawah, pada leher percolator tepat diatas keran
diberi kapas yang di atur di atas sarangan yang dibuat dari porselin ataudi
atas gabus bertoreh yang telah dibalut kertas tapisKapas yang digunakan adalah yang tidak terlalu
banyak mengandung lemak. Untuk menampung perkkolat digunakan botol perkolat,
yang bermulut tidak terlalu lebar tetapi mudah dibersihkan. Di bawah ini adalah
gambar alat perkolasi (Sulaiman, 2011).
Kelebihan
dan Kekurangan Perkolasi (Sulaiman, 2011)
Kelebihan
dari metode perkolasi adalah:
1. Tidak
terjadi kejenuhan
2. Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri
cairan penyari sehingga zatseperti terdorong untuk keluar dari sel)
Kekurangan dari metode perkolasi adalah:
1.Cairan penyari lebih banyak
2. Resiko cemaran mikroba untuk penyari air
karena dilakukan secara terbuka.
b. Ekstraksi secara panas
Ekstraksi
secara panas dilakukan untuk mengekstraksi komponen kimia yang tahan
terhadap pemanasan seperti glikosida, saponin dan minyak-minyak menguap yang
mempunyai titik didih yang tinggi, selain itu pemanasan juga diperuntukkan
untuk membuka pori-pori sel simplisia sehingga pelarut organik mudah masuk ke
dalam sel untuk melarutkan komponen kimia. Metode ekstraksi yang termasuk cara
panas yaitu (Tobo :2001)
·
Metode
soxhletasi
Soxhletasi
merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari
dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam
klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna
yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika
diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak memberikan noda lagi.
(Ditjen POM, 1986).
Gambar soxhlet
Kelebihan dan
kekurangan soxhletasi
Metode
soxhletasi memiliki kelebihan dan kekurangan pada prosesekstraksi.
Kelebihan:
a) Dapat
digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidaktahan terhadap
pemanasan secara langsung.
b) Digunakan
pelarut yang lebih sedikit
c) pemanasannya
dapat diatur
kekurangan:
a) Karena
pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah disebelah bawah
terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh
panas.
b) Jumlah total
senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut
tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut
yang lebih banyak untuk melarutkannya.
c) Bila
dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut
dengan titik didih yang terlalu tinggi (Keloko,2013).
·
Metode
refluks
Metode
refluks adalah termasuk metode berkesinambungan dimana cairan penyari secara kontinyu
menyari komponen kimia dalam simplisia cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga
mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke labu
alas bulat sambil menyari simplisia. Proses ini berlangsung secara
berkesinambungan dan biasanya dilakukan 3 kali dalam waktu 4 jam. (Ditjen POM :
1986)
Kelebihan
dan Kekurangan Metode Refuks
Kelebihan dari metode refluks
adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur
kasar, dan tahan pemanasan langsung (Anonim, 2011).
Kekurangan dari metode refluks
adalah membutuhkan volume total pelarutyang besar,dan Sejumlah manipulasi dari
operator (Mandiri, 2013).
·
Metode
Destilasi Uap Air
Metode destilasi uap air
diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau
mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara
normal, misalnya pada penyarian minyak atsiri yang terkandung dalam tanaman daun
raja. Pada metode ini uap air digunakan untuk menyari simplisia dengan adanya
pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali bersama minyak menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor sehingga terbentuk molekul-molekul air yang
menetes ke dalam corong pisah penampung yang telah diisi air. Penyulingan
dilakukan hingga sempurna (Ditjen POM : 1986).
Prinsip fisik destilasi
uap yaitu jika dua cairan tidak bercampur digabungkan, tiap cairan bertindak
seolah – olah pelarut itu hanya sendiri, dan menggunakan tekanan uap. Tekanan
uap total dari campuran yang mendidih sama dengan jumlah tekanan uap parsial,
yaitu tekanan yang digunakan oleh komponen tunggal, karena pendidihan yang
dimaksud yaitu tekanan uap total sama dengan tekanan atmosfer, titik didih dicapai
pada temperatur yang lebih rendah daripada jika tiap – tiap cairan berada dalam
keadaan murni (Ditjen POM : 1986).
Kelebihan destilasi uap-air yaitu alatnya sederhana
tetapi bisa menghasilkan minyak atsiri dalam jumlah yang cukup banyak sehingga
efisien dalam penggunaan minyak yang dihasilkan tidak mudah menguap karena
pembawanya adalah air yang tidak mudah menguap pada suhu kamar. Sedangkan kelemahannya
metode ini tidak cocok untuk minyak atsiri yang rusak oleh panas uap air, serta
membutuhkan waktu destilasi yang lebih panjang untuk hasil yang lebih banyak
(Ketaren, 1985).
·
Metode
infundasi
Merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air pada
suhu 90OC selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian yang umum
dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari
bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari/ekstrak yang
tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari
yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Ansel,
1989).
Sediaan yang dibuat dengan metode infundasi
Infus / rebusan obat:sedian air yang
dibuat dengan mengextraksi simplicia nabati dengan air suhu 90° C
selama 15 menit,yang mana extraksinya dilakukan secara infundasi Penyarian
adalah peristiwa memindahkan zat aktif yang semula di dalam sel ditarik
oleh cairan penyanyi sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Secara umum
penyarian akan bertambah baik apabila permukaan simplisia yang bersentuhan semakin luas (Ansel,
1989).
Umumnya infus selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai jaringan
lunak,yang mengandung minyak atsiri,dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama (Depkes RI.1979).
Keuntungan Dan kekurangan
Metode Infundasi
a. Keuntungan
1. Unit alat yang dipakai sederhana,
2. Biaya operasionalnya relatif rendah
b. Kerugian
1. zat-zat yang tertarik kemungkinan
sebagian akan mengendap kembali,apabila kelarutannya sudah mendingin.(lewat
jenuh)
2. hilangnya zat-zat atsiri
3. adanya zat-zat yang tidak tahan
panas lama,dismping itu simplisia yang mengandung zat-zat albumin tentunya zat
ini akan menggumpal dan menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.
B.
Uraian
Pelarut
Jenis pelarut berkaitan dengan
polaritas dari pelarut tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses
ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah
tertarik/ terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama.
Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu
(Rohman, 2007):
a. Pelarut
polar
Memiliki tingkat kepolaran
yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang polar dari tanaman.
Pelarut polar cenderung universal digunakan karena biasanya walaupun polar,
tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah.
Salah satu contoh pelarut polar adalah: air, metanol, etanol, asam asetat.
b. Pelarut
semipolar
Pelarut semipolar memiliki
tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut
ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh
pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform
c. Pelarut
nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama
sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang
sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak
berbagai jenis minyak. Contoh: heksana dan eter.
Macam – macam cairan penyari (Rohman, 2007) :
a. Air
Termasuk yang mudah dan murah
dengan pemakaian yang luas, pada suhu kamar adalah pelarut yang baik untuk
bermacam-macam zat misalnya : garam-garam alkaloida, glikosida, asam
tumbuh-tumbuhan, zat warna dan garam-garam mineral.
Umumnya kenaikan suhu dapat
menaikkan kelarutan dengan pengecualian misalnya pada condurangin, Ca hidrat, garam
glauber dll. Keburukan dari air adalah banyak jenis zat-zat yang tertarik
dimana zat-zat tersebut meripakan makanan yang baik untuk jamur atau bakteri
dan dapat menyebabkan mengembangkan simplisia sedemikian rupa, sehingga akan
menyulitkan penarikan pada perkolasi.
b. Etanol
Etanol hanya dapat melarutkan
zat-zat tertentu, Umumnya pelarut yang baik untuk alkaloida, glikosida,
damar-damar, minyak atsiri tetapi bukan untuk jenis-jenis gom, gula dan
albumin. Etanol juga menyebabkan enzym-enzym tidak bekerja termasuk peragian
dan menghalangi perutumbuhan jamur dan kebanyakan bakteri. Sehingga disamping
sebagai cairan penyari juga berguna sebagai pengawet. Campuran air-etanol
(hidroalkoholic menstrum) lebih baik dari pada air sendiri.
c. Gycerinum (Gliserin)
Terutama dipergunakan sebagai
cairan penambah pada cairan menstrum untuk penarikan simplisia yang mengandung
zat samak. Gliserin adalah pelarut yang baik untuk tanin-tanin dan hasil-hasil
oksidanya, jenis-jenis gom dan albumin juga larut dalam gliserin. Karena cairan
ini tidak atsiri, tidak sesuai untuk pembuatan ekstrak-ekstrak kering.
d. Eter
Sangat mudah menguap sehingga
cairan ini kurang tepat untuk pembuatan sediaan untuk obat dalam atau sediaan
yang nantinya disimpan lama.
e. Solvent Hexane
Cairan ini adalah salah satu
hasil dari penyulingan minyak tanah kasar. Pelarut yang baik untuk lemak-lemak
dan minyak-minyak. Biasanya dipergunakan untuk menghilangkan lemak dari
simplisia yang mengandung lemak-lemak yang tidak diperlukan, sebelum simplisia
tersebut dibuat sediaan galenik, misalnya strychni, secale cornutum.
f. Acetonum
Tidak dipergunakan untuk
sediaan galenik obat dalam, pelarut yang baik untuk bermacam-macam lemak,
minyak atsiri, damar. Baunya kurang enak dan sukar hilang dari sediaan. Dipakai
misalnya pada pembuatan Capsicum oleoresin (N.F.XI)
g. Chloroform
Tidak dipergunakan untuk
sediaan dalam, karena efek farmakologinya. Bahan pelarut yang baik untuk basa
alkaloida, damar, minyak lemak dan minyak atsiri.
h. Diklorometana
Diklorometana
(CH2Cl2) adalah pelarut organik sering menggunakan untuk mengekstrak senyawa
organik dari sampel. Ini adalah racun tapi lebih sedikit daripada kloroform.
i.
Isopropil
Isopropil
adalah nama populer dari senyawa kimia dengan rumus molekul C3H8O atau C3H7OH.
Senyawa ini merupakan senyawa tak berwarna, mudah terbakar dengan bau menyengat.
Senyawa ini merupakan alkoholsekunder
yang paling sederhana, dimana atom karbon yang mengikat gugus alkohol juga
mengikat 2 atom karbon lain (CH3)2CHOH. Merupakan isomerstruktur dari 1-propanol.
j. N- butanol
N-butanol
dapat digunakan sebagai bahan bakar di mesin pembakaran dalam. Karena rantai hidrokarbonnya lebih panjang, maka bersifat pada umumnya bersifat non-polar.
Butanol lebih mirip bensin daripada etanol. Bahan bakar butanol sudah pernah didemontrasikan di mobil
berbahan bakar bensin tanpa ubahan apapun.[1] Butanol
dapat diproduksi dari biomassa(disebut
"biobutanol") sama seperti bahan bakar fosil (sebagai "petrobutanol"),, tapi biobutanol dan
petrobutanol memiliki ciri-ciri kimia yang sama.
k. Etill asetat
Etil
asetat merupakan pelarut polar menengah yang mudah menguap, tidak beracun dan
tidak higrokopis. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 30% dan larut dalam
air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang
lebih tinggi, namun senyawa ini tidak stabil dalam air mengandung basa atau
asam.
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat
yang digunakan yaitu Timbangan, Batang pengaduk, Corong, dan cawan porselin,
gelas kimia dan gelas ukur.
2.
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu aquadest,
etanol 96%, kertas saring dan alumunimfoil.
B. Cara Kerja
1.
Perkolasi
Simplisia atau bahan yang diekstraksi secara
perkolasi diserbuk dengan derajat halus yang sesuai dan ditimbang kemudian
dimaserasi selama 3 jam, kemudian massa dipindahkan kedalam perkolator dan
cairan penyari ditambahkan hingga selapis diatas permukaan bahan, didiamkan
selama 24 jam. Setelah itu kran perkolator dibuka dan cairan penyari dibiarkan
mengalir dengan kecepatan 1 ml permenit. Cairan penyari ditambahkan secara
kontinyu hingga penyarian sempurna. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan dengan rotavapor kemudian dilakukan pengujian selanjutnya.
2.
Soxhletasi
Simplisia atau bahan yang akan diekstraksi terlebih
dahulu diserbukkan dan ditimbang kemudian dimasukkan kedalam klonsong yang
telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa (tinggi sampel dalam klonsong
tidak boleh lebih tingggi dari pipa siphon). Selanjutnya labu alas bulat diisi
dengan cairan penyari yang sesuai, kemudian ditempatkan diatas water bath atau
healting mantel dan diklem dengan kuat, kemudian klonsong yang telah dilapisi sampel
dipasag pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem, dan cairan penyari
ditambahkan untuk membasahi sampel yang ada dalam klonsong (diusahakan tidak
terjadi sirkulasi). Mantel disambungkan kesumber arus listrik kemudian distel
pada suhu yang sesuai. Biarkan cairan penyari tersirkulasi sampai ekstraksi
berlangsung sempurna. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan pada
alat rotavapor.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Tabel
Pengamatan
Pengamatan
|
Metode perkolasi
|
Metode sokletasi
|
Bobot Sebelum
diekstraksi
|
50
gram
|
50
gram
|
Bobot Ekstrak
Kering
|
7,3386
gram
|
3,2535
gram
|
Pesentase
Ekstrak (%) / Rendamen
|
14,68
%
|
6,507
%
|
Jumlah Cairan
Penyari
|
500
ml
|
500
%
|
B.
Pembahasan
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian atau
penarikan senyawa kimia yang terdapat didalam bahan alam atau berasal dari
dalam sel dengan menggunakan pelarut dan metode yang tepat. Ekstrak adalah
hasil dari proses ekstraksi, bahan yang diekstraksi merupakan bahan alam,
dimana ektraksi memiliki prinsip umum yaitu difusi dan osmosis.
Tujuan dilakukan percobaan ekstraksi adalah
untuk memperoleh ekstrak kental etanol senyawa yang terkandung pada sampel daun
raja yang selanjutnya akan digunakan dalam praktikum berikutnya.
Pada praktikum ini digunakan metode soxhletasi
dan perkolasi karena untuk mengetahui perbandingan hasil ekstrak yang diperoleh
dari metode tersebut.
Prinsip
ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu
bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan
jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan
tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang
cenderung untuk menahan gerakan ke bawah.
Prinsip kerja dari soxhletasi yaitu dengan
cara cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari
terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun
menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu
alas bulat setelah melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga penyarian
zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui
pipa sifon atau jika diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak
memberikan noda lagi.
Etanol digunakan sebagai pelarut karena
etanol termasuk ke dalam pelarut polar, sehingga sebagai pelarut diharapkan
dapat menarik zat-zataktif yang juga bersifat polar. Etanol digunakansebagai
cairan penyari karena lebih selektif, kapang dan khamir sulit tumbuhdalam
etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, dan etanol dapat bercampurdengan air
pada segala perbandingan, serta panas yang diperlukan untukpemekatan lebih
rendah. Etanol dapat memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut dan tidak mengakibatkan
pembengkakan membran sel. Keuntungan lainnya adalah sifatnya yang mampu
mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim.
Keuntungan
soxhletasi yaitu dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan
tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung. Sedangakan kerugian dari
soxhletasi yaitu ekstrak yang terkumpul pada wadah disebelah bawah
terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh
panas. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan
membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya. Bila
dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut
dengan titik didih yang terlalu tinggi.
Keuntungan
dari perkolasi yaitu Tidak terjadi kejenuhan dan pengaliran meningkatkan difusi
(dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti terdorong untuk keluar dari
sel). Sedangkan kerugian dari perkolasi yaitu cairan penyari lebih banyak
resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara terbuka.
Dari Praktikum yang dilakukan diperoleh hasil
% ren damen dari ekstraksi daun raja dengan menggunakan metode soxhletasi yaitu
6,507%. Sedangkan pada metode perkolasi yaitu 14,68%. Dari hasil yang diperoleh
maka dapat di tarik kesimpulan bahwa metode ekstraksi yang lebih banyak
mengkasilkan ekstrak yaitu dari metode perkolasi.
BAB
VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari Praktikum yang dilakukan diperoleh hasil
% rendamen dari ekstraksi daun raja dengan menggunakan metode soxhletasi yaitu
6,507%. Sedangkan pada metode perkolasi yaitu 14,68%. Dari hasil yang diperoleh
maka dapat di tarik kesimpulan bahwa metode ekstraksi yang lebih banyak
mengkasilkan ekstrak yaitu dari metode perkolasi.
B.
Saran
Sebaiknya dalam praktikum semua anggota
kelompok ikut bekerja
Daftar
Pustaka
Abdul
Rohman, Kimia Farmasi Analisis (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007).
Anonim. (2007). Sirih
Merah Turunkan Glukosa Darah. Diakses 25 Maret 2010
Ansel,H.C., (1989).
Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta
Depkes RI. (1979).
Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Cetakan Pertama. Jakarta
Ditjen POM, (1986), Sediaan
Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Harborne,J.B, 1984.Phitochemical
Method. Chaman and Hall Itd : London
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Sulaiman, T.N.S.
(2007). Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, Cetakan Pertama. Yogyakarta:
Mitra Communications Indonesia.
Tobo,F.
mufidah, dkk, (2001),”Buku pegangan laboratorium fitokimia 1”, Unhas : Makassar
LAMPIRAN
Perhitungan
%
Rendamen ekstrak soxhletasi =
=
=
6,507 %
%
Rendamen ekstrak perkolasi =
=
=
14,68 %